Kamis, 25 Juni 2009

Perubahan Kurikulum di Indonesia memang sudah menjadi suatu kebiasaan, yaitu suka berganti-ganti. Perubahan kurikulum tersebut untuk mapel umum maupun mapel agama. Untuk mapel umum dimulai dengan perubahan kurikulum 1999 dengan pendekatan KBK menjadi KBK, namun baru 2 tahun sudah diganti KTSP. Bukunya aja baru didroping e sudah ganti kurikulum, jadinya seperti mubadzir.
Lebih parah lagi yaitu untuk mapel agama yang meliputi mapel Al-Qur'an hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI, dan Bahasa Arab. Sejak tahun 2008 SK-KD mapel-mapel tersebut sudah harus dilaksanakan, tapi nyatanya di kabupaten Pati hal tersebut belum dapat direalisasikan 100 %. Bahkan anehnya, ketika ada pertemuan KKG Kabupaten banyak diantara guru dari beberapa kecamatan belum mempunyai SK-KD agama tersebut.

Aneh, padahal Departemen Agama sudah meluncurkan CD berisi kurikulum Agama untuk MI lengkap. Tapi sayangnya hal tersebut tidak banyak dipahami sebagian besar MI di kabupaten Pati. Akibatnya sebagian sudah ada yang melaksanakan SK-KD 2008 sementara masih ada yang menggunakan SK-KD lama.
Hal ini tentu saja sangat membingungkan kita terutama untuk Ujian Semester maupun Ujian Madrasah. Kendati menurut aturannya, Ujian Semester dilaksanakan dan dibuat sendiri oleh madrasah namun kenyataannya soal Ujian dibuat oleh tim KKG Kabupaten. Dengan kata lain menyamakan materi mutlak harus dilakukan. Wal hasil telah berhasil dicapai kesepakatan untuk semester ganjil menggunakan irisan SK-KD lama dan baru. Sedangkan untuk semester genap menggunakan SK-KD baru.
Namun apa yang terjadi? Pada semester genap ini banyak sekali materi Ujian Kenaikan Kelas (UKK) yang tetap menggunakan kurikulum lama. Kenapa sih melaksanakan kesepakatan yang demikian saja kok susah amat. Alih-alih belum ada bukunya, bagaimana mungkin bisa lulus sertifikasi jika ngajar saja harus masih tergantung dengan buku. Bukankah yang terpenting mengetahui ruang lingkup materi pembelajaran, sedangkan sumber belajar bisa sangat beragam.
Jika hal demikian masih tetap dipertahankan bagaimana kita, kaum madrasah bisa bersaing dalam ketatnya persaingan pendidikan. Ikhlas saja dalam menjalankan pendidikan belumlah cukup. Dewasa ini dibutuhkan ilmu kontemporer dan kegigihan kerja yang stabil.
Wajarlah kalau kebaikan dan keunggulan madrasah selalu dipandang sebelah sepicing mata lantaran kinerjanya yang tidak profesional. Lalu mengapa juga kita marah kalau mendapat penghinaan dari kalangan tertentu atas kinerja kita yang kurang.
Jadi marilah kawan, segenap elemen madrasah, bukalah mata, pasang telingan, singsingkan lengan baju dan tegapkan dada tuk menyongsong perubahan Kurikulum yang menggila ini. Kita sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan madrasah haruslah punya mental sekuat baja, keyakinan setebal gunung dan harapan setinggi langit.
Ingat hanya modal ikhlas belumlah cukup, kita memegang amanah dunia-akherat maka harus dilandasi dengan ilmu. Barang siapa menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa menginginkan akherat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan dunia dan akherat maka juga dengan ilmu.(al-hadits)