Sabtu, 25 Juli 2009

Setelah pada postingan yang lalu telah kami paparkan tentang Sebab-sebab anak tidak mau patuh pada aturan dan juga 3 sifat utama anak yang dapat dimanfaatkan untuk menanamkan kepatuhan anak pada aturan maka tiba saatnya kini kami paparkan beberapa cara menerapkan aturan kepada anak.
a. Hendaknyalah konsisten terhadap perintah yang diberikan. Perintah yang selalu berubah – ubah akan menyebabkan kebingungan bagi anak sehingga mereka tidak mau patuh dengan aturan. Oleh sebab itu ketika memberi perintah atau membuat larangan hendaknya harus selalu diingat dan selalu disampaikan secara berulang – ulang. Perintah atau larangan yang tetap dan berulang – ulang ini akan membuat bekas yang nyata bagi anak.

a. Sebelum memberi perintah pelajari dulu sejauh mana kemampuan anak, baru berikanlah perintah atau larangan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Janganlah memberi perintah diluar kemampuan anak, bisa jadi akan menyebabkan krisis saraf dan buruk perangai. Misalnya saja anak kelas 1 diberi tugas setingkat anak kelas 4, sudah dapat dipastikan sang anak akan merasa sangat terbebani bahkan dapat menghancurkan mental sang anak.
c. Perlahan – lahan dalam menuntut pelaksanaan perintah. Kemampuan berpikir anak belum berkembang seluruhnya, oleh sebab itu mereka agak lambat dalam memproses perintah yang diterimanya. Berilah mereka waktu agar perintah – perintah ini dimasak dulu dalam akal pikiran mereka.
d. Gunakanlah perkataan yang singkat tapi jelas. Oleh karena pemikiran anak masih sederhana maka berikanlah perintah dengan perkataan yang singkat tidak bertele-tele. Perintah yang bertele-tele hanya akan membuat anak menjadi kebingungan sehingga tidak akan mengikuti instruksi ataupun aturan.
e. Jangan terlalu memaksa. Anak – anak juga mempunyai keinginan dan ego tersendiri, mereka ingin kelihatan menonjol dan dihormati. Jika memungkinkan berikanlah pemahaman tentang manfaat perintah yang diberikan ataupun bahayanya jika sampai larangan dilanggar.
f. Perintah akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara sugesti dan mengandung semangat kerja sama. Misalnya ketika kita ingin meminta anak membersihkan lantai yang kotor kita dapat berkata : “Hai anak manis, lantai ini kok kotor sekali ya, bagaimana kalau kita bersihkan. Bagaimana kalau kamu yang menyapu dan aku yang mengepel”. Dengan perintah semacam ini anak akan mempunyai kecenderungan untuk melaksanakannya, sebab ia tidak merasa sedang dimanfaatkan oleh orang yang memberi perintah.
g. Usahakan untuk mendapatkan kepercayaan anak. Oleh sebab itu sangat perlu sekali orang tua atau guru konsisten dengan apa – apa yang telah dijanjikan. Jika sampai tidak dapat memenuhi janji maka berikanlah penjelasan mengapa sampai tidak dapat menepati janji dan mintalah maaf.
h. Jika anak telah melaksanakan perintah, berikanlah pujian atau semacamnya sebagai hadiah. Namun jangan sampai membiasakan memberi hadiah selalu berupa barang atau uang. Sebab dapat membuat anak menjadi matrealistis atau boros.
i. Komunikasikanlah terlebih dahulu dengan anak tentang hukuman yang akan diterima jika melanggar perintah. Dan ketika melaksanakan hukuman janganlah sampai memberi hukuman ketika dalam keadaan marah atau keadaan emosi lagi labil. Tenangkan emosi terlebih dahulu, setelah benar – benar tenang barulah memberi hukuman. Ingatlah, perasaan anak lebih sensitif, ia dapat merasakan ledakan emosi dari orang yang ada di dekatnya walaupun orang tersebut hanya diam.
j. Jauhkanlah sifat atau sikap yang dapat mengurangi kepercayaan anak. Misalnya sering berbohong dan tidak menepati janji.