Jumat, 17 April 2009

Ujian Akhir
Minggu-minggu ini adalah waktu yang mendebar-debarkan bagi anak sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA. Sebentar lagi mereka akan menghadapai UASBN untuk anak SD/MI dan UAN untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/MA. Nasib belajar mereka selama ini akan diukur dalam mengerjakan soal-soal ujian.
Bagi anak SD/MI mungkin UASBN ini tidaklah begitu menakutkan, sebab kelulusan mereka ditetapkan oleh sekolah masing-masing. Sedangkan nilai hasil Ujian Akhir hanya digunakan untuk melanjutkan sekolah. Berbeda dengan di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA, nasib kelulusan mereka benar-benar ditentukan oleh hasil ujian tersebut.
Oleh karena itu dari pihak sekolah mulai gencar melakukan usaha-usaha untuk keberhasilan siswa-siswinya. Berbagai metode usaha pun dilakukan, mulai dari memberikan tambahan pelajaran / les, memberlakukan karantina yaitu mewajibkan anak untuk tinggal di asrama di bawah pengawasan pihak sekolah bahkan dengan melakukan ritual keagamaan seperti do'a bersama, ziarah ke makam-makam wali, baca manaqib, dan sebagainya. Ya setidaknya itulah gambaran yang nampak di sekitar lingkungan kami.

Kami pikir usaha-usaha tersebut tidaklah jelek, sebab usaha-usaha tersebut juga merupakan pelajaran bagi anak-anak didik bahwa manusia wajib berusaha secara kasar (nyata) dan juga harus disertai dengan do'a. Sebab segala sesuatunya yang menentukan adalah Allah swt. Dengan kata lain setelah berusaha dengan segenap kemampuan maka serahkanlah hasilnya kepada Allah swt.
Salah satu usaha yang sangat tidak kami setujui adalah dengan mengajarkan trik mencontek kepada anak maupun trik memanipulasi LJK. Tidak perlu dipungkiri bahwa trik-trik tersebut nyata disekitar kita namun bagaimanapun juga tindakan nyata terhadap aksi-aksi tersebut tidaklah mendapat perhatian yang serius. Bahkan kami pernah mendapat protes dari anak lantaran kami melarang tindakan mencontek, lantaran teman-teman mereka yang dari SD diajarkan cara-cara kerja sama maupun mencontek.
Hal ini menunjukkan bagaimana hal tersebut merupakan suatu hal yang sudah sangat umum dan biasa untuk dilakukan. Akan tetapi sebagai pendidik, dimanakah letak nilai-nilai sebagai seorang pendidik, jika pada waktu pelajaran mengajarkan bahwa mencontek itu tidak baik namun pada akhirnya malah mengajarkan cara mencontek. Apakah hal tersebut bukannya memasukkan anak didik ke dalam jurang kenistaan ? Apakah lantaran gengsi turun mutu, kemudian menghalalkan segala cara ? Lantas kapan mutu pendidikan kita ini akan membaik jika budaya mencontek sudah dibudayakan sejak dari SD ?