Sabtu, 18 April 2009

Sekolah Gratis
Iklan pemerintah tentang sekolah gratis kian gencar digemborkan oleh pemerintah. Hal ini bukannya tidak beralasan, pemerintah sudah meningkatkan Bantuan Operasional Sekolah dari 254 ribu persiswa/tahun menjadi 397 ribu persiswa/tahun. Namun jumlah tersebut sudah termasuk BOS-Buku yaitu sejumlah 8% atau kurang lebih 31.500. Dengan kata lain jika dikalkulasi maka kenaikan BOS-Buku dari 22 ribu menjadi 31 ribu 5 ratus rupiah adalah sebesar kurang lebih 44 persen. Adapun untuk BOS Regulernya dari 254 ribu naik menjadi 365.500 atau kurang lebih 44 persen juga.

Kenaikan BOS tersebut kemudian diikuti kebijakan dengan larangan melakukan pungutan kepada siswa dalam bentuk apapun. Tapi sekolah diperbolehkan menerima sumbangan sukarela yang diindikasikan dengan jumlah sumbangan yang bervariasi dan tidak ditetapkan oleh sekolah. Sekarang mari kita coba hitung seberapa besar sih kebutuhan sekolah itu pada kenyataannya, kendati dari pihak pemerintah juga sudah menetapkan berapa kebutuhan siswa pertahun melalui badan tertentu.
Misalnya untuk Madrasah dengan 6 rombel dengan jumlah siswa ideal adalah 20 siswa maka dana BOS yang diterima dalam setahun adalah 47.640.000. Sedangkan dari segi pengeluaran yang terbesar yaitu untuk membayar guru (rata-rata 1 MI hanya mendapat 1 PNS dengan total jama mengajar maksimal 36 jam seminggu) maka jumlah yang harus dibayarkan ke guru adalah 192 jam x 12 x 12.000 perjam = 27.640.000, untuk pembelian buku dari BOS-Buku 3.811.200, Total sudah 31 juta sisa kurang lebih 16 juta. Sisa tersebut jika digunakan untuk membiayai biaya-biaya ujian, praktek, perawatan, ATK dan masih banyak lagi maka, uang 16 juta tersebut tidak cukup.
Itu saja bagi MI dengan jumlah siswa ideal, lalu bagaimana bagi MI yang jumlah siswanya sedikit seperti halnya sekolah kami ini. Jika dipikir dari salah satu sudut mungkin pemerintah mengharapkan pendidikan sepenuhnya ditangani oleh sekolah-sekolah negri tapi jika cara pendidikannya dijauhkan dengan agama, apakah kita sebagai muslim rela jika anak-anak saudara kita diperlakukan demikian. Bagaimana tidak sang guru mengajarkan mencontek, bagi mereka Ngaji hanya akan mengganggu belajar, diniyah adalah penghambat prestasi, nah bagaimana bisa menjadi manusia dengan mental baik nantinya.
Oleh sebab itulah kami dari Madrasah masih tetap berusaha eksis, tapi jika kebijakan pemerintah terus menerus memberatkan madrasah apakah madrasah masih akan mampu bertahan ? Wallaahu A'lam.
Oleh sebab itu wahai saudara-saudaraku umat muslim seiman dan seagama, janganlah malu-malu atau segan-segan untuk menyalurkan zakat-zakat anda kepada guru-guru madrasah. Asalkan saja biaya untuk guru sudah terpenuhi dari zakat maka pendidikan madrasah pasti bisa lebih bangkit lagi melejit jauh meninggalkan sekolah umum.